Puisi


Kebahagian Ada di Tangan Tuhan

Dalam kegelapan malam aku masih dapat melihat rembulan di atas air
Dalam kegelapan malam aku masih dapat merasakan hangatnya mentari
Namun itu terjadi seakan hanya mimpi
Tak ada lagi rembulan, tak ada lagi mentari meskipun jarum jam menunjukan suatu persamaan
Andaikan ku melihat suatu bintang indah di malam ini, aku hanya akan mengatakan terima kasih
Karena aku telah menemukan suatu cahaya penerang
Akan tetapi apakah memang itu yang  terbaik??
Hanya “Semoga” yang dapat terucap dari hatiku.
Mungkin ketika suatu malam akan merenggut kebahagiaanku aku akan berkata kepada Tuhan
Ijinkan aku untuk menghirup indahnya kebahagiaan itu
Karena aku telah menemukannya dan tak ingin kehilangannya
Mungkin ketika suatu malam akan merengggut kebahagiaanku aku akan berkata kepadaTuhan
Aku hanya ingin berbahagia, hidupku hanya sementara
Satu tetes air mata yang terjatuh dalam kerak bumi
Merupakan hal yang terburuk dan menyakitkan dalam benak hidupku
Tuhan semua kebahagiaan ada dalam tangan-Mu
Aku hanya inginkan sisa – sisa kebahagiaan yang tersisa dalam genggam-Mu
Agar aku memiliki suatu cerita yang akan ku bagikan kepada orang – orang bila nanti ku di alam sana
 Pasrah,


Air untuk Sang Mawar
Ku ratapi sebuah sinar mentari matahari
Kudapati bayangan mawar dalam kejauhan
Hinggap dalam pemikiran bahwa kan ada di tanganku
Untuk sang ibunda yang tengah menunggu
Kulihat seekor lebah dalam nektar
Menghisap dan tertawa di atas kelopak indah sang mawar
Goresan luka yang mendalam dalam sebuah jiwa
Tak mengerti kata apa yang akan melontar dari jiwa
Dan memiliki hampa untuk sang ibunda
Hanya terpikir dalam – dalam bahwa hal itu akan membuatnya layu
Aku tak mau,
Dia banyangan mawar untuk mawar
Bukan untuk lebah yang tak diundang
Dan aku kan mencari sumber air jernih dari dalam dada
Dan kubuktikan bayangan mawar untuk sang ibunda
Berharap kan nyata,

Ledakan sebuah Hari
Gelegar suara kenari
Berharap membuka sebuah peta malaikat Izroil
Hampa,
Ketka bola lampu yang merekah
Menggelapkan banyakn kata dalam benak
Huruf A menjadi mati
Sang kenari kembali
Dengan membawa darah di antara penerbangnya

Diam,


Tangisan dalam senja
Berharap kau selalu di samping tangan kananku
Menatap kemerkahan matahari ketika ia pergi
Hitam
Tanda bahwa tak di sampingku
Seolah tak  mengenalmu
Tersipu dalam hitamnya keadaan
Putih
Memberikan awal hangatnya disampingku
Mengayunkan kaki bersamaan
Melangkah dengan bibir yang tertarik
Kuning
Ikatan dalam tangan perlahan hilang
Hanya dengan senyuman
Tangan hanya menggenggam udara
Sabar
Hanya menunggu
Jam kebahagiaan dari Tuhan
Yang akan datang ketika ada
Sendiri,




 Seonggok dalam meja

Termenung melihat senyuman
Tangan menggenggam
Dengan kepalsuan dan kegundahan
Dengan senyuman tiada asli
Kuserukan bujukan bahagia
Detik dengan deru
Meneteskan air mata
Guncangan hati ketika melihat senyuman
Hanya YA yang bergetar
Ketika hati menutup luka
Hanya menunjukan cinta yang ku bisa
Ketika ombak – ombak datang
Menakutkan sebuah benak yang terserang luka
Gundah,
Patut merunduk

Di depan pintu ini
Sudut – sudut mulutku mulai tertarik ke atas
Mulai berlagak layaknya badut
Mulai berbincang layaknya komentar
Mulai bercerita layaknya sejarawan
Tapi, mulai ku mengerti melalui logikaku
Kebijakan, kebijakan
Itu semua bualan
Apa yang Original?
Hanyalah sendah dan tabah
Penguat lara dalam ukhuah
Hanyalah celah dan akhirnya kalah
Yahya Wahyu Kurniawan, Gelisah, Bgor 12

Sarang Walet

Lelet
Kelet
Melet
Aku di pelet
Semua dalam santet
Akalku mulai seperti karet
Dipenggal, di seret
Aku hanya sarang walet
Yahya Wahyu Kurniawan, Entah mengapa, Bogor 12

Harapan Kosong

Sudikah aku bertanya namamu
Sedangkan dirimu bagaikan ratu
Bingkai – bingkaimu megah
Corak perak karak serak
Tinggalah detak detik detuk
Menghangatkan debur kesendirian
Siapakah dia hei aku?
Kenaifanku seperti menggebu
Hanya menunggu untuk bersuara
Tapilah kini sirna
Menatap kaca, bogor 12
Menyerah

Aku mulai menghitung kasih
Dalam sastra – sastra aura positif
Dalam sekali tatapanku ini
Sampai gelap dan pengap
Hati yang luka kau hiburkan
Hati yang remuk kau perbaiki
Hati yang dendam kau redamkan
Engkau, engkau, engkau, dan engkau lagi
Aku nista dalam gundah
Aku malu karena tak mampu
Hanya bersandar di lorong – lorong kedap ingatan
Bogor 12
Panjang merah

Panjang merah
Hidup untuk bersanding lara
Berbakti pada tatpannya
Digiring  - giring pedih dan bencinya
Panjang merah
Kesenduuhannya mulai memakiku
Makin ku terbenam
Dalam keranda bulir asmara
Panjang merah
Merana aku dalam jerujinya
Hanya bisa mengintip
Dari segi – segi kebersamaan
Panjang  merah
Rinduku mencekikku
Dalam khayalan tabu
Rambut panjang, baju merah, bogor 12
Bayangan komplotan

Kedap – kedap kami mengendap
Senyap – senyap kami tak lenyap
Tua – tua kami bersua
Semua dalam altar memori
Lirak – lirik kami tertarik
Pindang pandang kami terpandang
Bolang – bilang kami dibilang
Keserasian struktural dan fundamental
Kamilah dengki
Kamilah benci
Kamilah iri
Tapi memanglah kami
Mau diurai – urai
Inilah kasturi
Penyedap malam Juni
Saat malam dan aku rindu

Tak Berjudul

Yang terdalam
Telik – telik pena
Mulai merangkai estetika
Sayangku....
Bersudi, berbudi, bersemedi
Rintik – rintik harmoni tabir wengi
Seakan bercerita akan masa harapan
Untuk setiap huruf yang di rancang
Aku bertaruh, aku bertarung
Dalam logika, dalam intuisi

 Entah

Debur gemerlap kerancuan
Seakan mengiringi angin utara
Selaput – selaput dilema mulai merangkul
Hmm....
Perasaan semakin tajam
Melangkah dan melangkah
Salah !
Kalah !
Marah !
Terserah !
Pipinya memerah
Entah....!!

Cekikan

Termenung menitih waktu
Detik – demi detik dalam nadi
Ikhtiar
Berlayar
Memutar
Bubar
Emosiku menjadi – jadi
Naqliku bukan lagi pedoman
Terlenyap dalam kenistaan
Ulang – mengulang sekarang
Inikah cekikan rindu...
Tengah hari, bogor 12


Tak menyangka

Tetesan air mata yang menghilangkan kekeringan
Merupakan hal yang setiap putaran waktu ku lakukan
Membuka mata dengan kehampaan di depan papan persegi
Berjalan dengan mata yang pejam
Berjalan dengan kaki betonku
Jarak yang kurang dari 1 meter yang di ciptakan oleh 2 insan
Perlahan tapi pasti menyakitkan
Kepergian suatu bulan
Membuat bumi tetap basah akan air mata
Kepiluan yang berpindah tuan
Dan kebahagiaan yang menghilang pergi
Ku dapati sebuah air suci memberikan peluang
Untuk aku memilikinya
Karena aku telah lama membasahi bumi dengan air mata
Bahagia, awal dari fajar, bogor 12

Menggenggam dan melihat

Hitam,
Dalam kesendirian kehitaman
Melihat lingkaran yang bersinar
Aku menyesal
Melontarkan tembakan indah dari  bibir untukmu
Aku hanya berpikir kebahagiaan
Dengan kelaparan aku mengucap
Dengan kesedihan aku menahan
Berharap,
Hanya kata dan tiang dalam hati
Meluruskan sebuah kegundahan
Ketika melihat suatu kemunduran
Kini aku berperang
Menahan apa yang telah aku ucapkan
Di kotak papan yang beratapkan piring
Menjadi satu bukan miliku
Tapi,
Milikmu adalah kebutuhanku
Takut kehilangan, Abadi MR.



Sebatang Kara

Duduk si atas kursi tua
Menatapi batangan pijar di depan mata
Menunggu tamu undangan yang tak kunjung datang
Pintu jaman dahulu yang di depan punggung
Kutatapi hanya begitu
Dan apa ?
Hanya bayangan berwarna yang selalu muncul
Tak lain
Maaf
Mungkin cara menggundang yang salah
Atau mungkin, kau tak menerima undanganku
Atau ada hubungan baru ?
Atau kau bosan dengan sapaan dalam undanganku ?
Hanya melihat tangan kiriku yang terikat putaran waktu
Jarum yang berputar hingga toko mulai sepi
Tanpa ada kursi indah yang terisi di sampingku
Kebahagiaan nan membosakan, bogor 19.15



Maaf  

Mungkin itu over dosis
Tapi itu dibutuhkan
Dan tak bisa hidup tanpa itu
Mungkin yang terakhir
Tapi tidak aku berharap
Aku hanya ingin dimengerti
Bukan slalu untuk mengerti
Bila aku mati akankah tuntas segalanya
Mungkin tidak,
Tidak salah lagi
Jalan satu – satunya adalah itu
Tapi kau tak mengerti
Aku hanya ingin kau
Bukan orang yang dulu
Kini aku bulan dan kau bintang seharusnya
Bukan antara langit dan bumi lagi
Semoga, bogor 21 39



Tabah

Duduk bersila tanpa ada siapa – siapa
Diatas bersegi coklat memilukan yang tengah berjejer tiga
Mungkin memang ini takdir Tuhan
Untuk mengadaptasi sebuah insan yang berharga
Dengan melihat tangan kanan dan kiri yang menggenggam angin
Itu merupakan kegiatan masa suram
Melihatku mengemis dia atas hak ku sendiri
Hak bak tetesan air hujan dari langit yang cerah
MRA, meredam hati, 15.08 1892012

Kicauan Kenari 

Satu waktu,
Puluhan Kenari berkicauan
Mengkicaukan suara yang berbeda
Entah menutup telinga atau hati ?
Mungkin kehidupan tanpa warna
Melihat angka yang hanya satu hingga dua belas
Dengan air yang menetes sedikit – sedikit
Tapi sakit
Tebas kepala ini !!
Kau tak mengerti !!
Andaikan ada kata paham yang benar – benar paham
Bukan hanya uap dari mulut
Hidup hanya sekali
Aku hanya ingin senyum ketika hujan batu yang menghantam kepala
Bunuh aku !!
Itu yang aku ingin
Aku hanya jenuh dengan kicauan – kicauan kenari
Yang membunuhku perlahan – lahan tapi pasti
Hidup ini bukan mimpi.....
Jenuh, 21.28, abadi

Senyum??

Senyum ??
Memang iya??
Aku tak percaya
Senyumu itu palsu
Bukan sebuah senyuman didasarkan hati
Tapi karena senyumu itu senyum munafik yang ada
Pohon pun akan tumbuh kebawah bila kau terseyum padaku
Tapi untuk di sampingku
Dasar bodoh !!!
Orang itu tak akan luluh
Aku iya bila dia iya
Tak perlu kau menekuk lututmu untuk itu
Aku bukan Tuhanmu...
Tapi aku mohon,
Pergilah!!
Biarkan kami berjalan
Jangan kau ikat kaki kami
Aku tahu kalau itu memang pilu
Tapi aku lebih dulu masuk garis finis
Dan aku mohon kau hilanglah
Tanpa ada kepalan yang membirukan kepala

Memukul tembok baja dalam hati/abadi/malam hari

Bosan

Ajal !!
Aku telah berada di depan loket 
membawa tiket bertuliskan nisan
Tuhan ampuni aku
Gemercik air mata yang membanjiri daratan
Hinggap kegelapan tanpa kebahagiaan 
Cabut !!!
Matikan !!
Kesendirian !!!
Tiada Teman !!
Angka yang berkoma
Mati adalah tujuan hidup Ku
Hajar !!!!
Tancapkan belati panas
Dalam pisau yang tajam
Dan tanamkan pada dada sebuah Jiwa
Amarah/abadi/dalam pagi hari
Heran
Mengapa ??
Loh, kau menghembuskan udara yang bergetar dari mulut
Bahkan menarik bibirmu untukku
Apa ini ??
Apakah sebuah tipuan ??
Gelegar petir yang menyambar
Memanaskan air dalam hati
Hidup itu aneh
Tapi rumput yang kuning tak mungkin menjadi hijau kembali
Duduk berdua dengan tipuan senyum / Abadi

Panggilan
Perlu udara panas yang keluar dari bibir
Untuk membuatmu yakin dan tahu
Atau tinta hitam yang bukan tinta
Tapi berbiaya !!!
Atau kelak tetesan air mata,
Atau bahkan banjir darah
Agar kau tahu kau kubutuhkan
Hanya saja kau tak pernah tau 
Atau bahkan tak ingin tahu ???
Apa lah itu Bullshit bila tak ada bukti !!!!
Selama 5 huruf itu tetap ada  di hati
Aku selalu bertahan berdiri di atas paku - paku tajam ini
1-2 duduk di gurun pasir sahara/Abadi



Ketika Senyum yang Terdiam
Kuratapi kaca hitam berdasarkan wanita
Melihat sinar yang berkilauan
Sinar itu yang selalu berada dalam
Kegelapan...
Kebahagiaan....
Ceria...
Suka...
Tanpa cita...
Hanya itu yang kurasakan ketika bersama
Ketika bersama dalam kegelapan
Ketika bersama cahaya
Gundah/abadi


Penat
Percuma ku mengemis
Tiada guna ku menangis
Kau tak pernah tahu
Semuanya
Kau hanya layaknya hitam
Penat dalam hari
Gelap dalam mentari
Apa lagi gelap ??
Kanan kiri tidak ada
Kosong
Cahaya kilat !!!!
Memberi penerangan
Kenapa tak menyambarku ??
Tancapkan saja
Bunuh saja
Aku hanya anjing jalanan
Bukan apa – apa di dunia
Dan itu percuma, penat yang selalu ada..

Hanya kamu
4 mata yang aku bawa
2 mata yang menyusahkan
Pergi berlari tanpa surat
Katakan yang ada !!!
Hanya 2 mata yang ku punya kini
Tempatku memberikan segala cinta
Tak pernah berfikir aku
Hanya kamu...
Pahamkah??
Mengertikah???
Tapi dalam segalanya
Hanya kamu...
 
Merah sepi menangis sendiri
Pahit
Sepahit kopi tak bergula
Pedas
Sepedas cabe yang kau kunyah
Perih
Seperih luka yang selalu kau cipta
Bahagia
Sebahagia dengan apa yang aku rasakan
Senyuman
Ketika bersamamu
Sepi
Itu biasa aku rasakan seumur hidupku
Karena orang yang paling mengerti tak pernah mau mengerti
Bagaikan merpati yang menghindari sarangnya
Tuhan, ijinkan aku  hidup sekali lagi
Agar dapat merasakan apa yang kau berikan
Menghajar musuh dalam hati
Memadamkan api dalam lautan
Dan melihat jam pasir yang berlalu
Dalam menunggu seonggok kebahagian dari sebuah tangan,...
Mengemis dalam tong sampah,
Api
Memang panas
Cinta
Meninggalkan kebahagian berdarah
Itu dapat dihitung dengan hari
Seyumanmu pudar
Setiamu melayang
Hanya ada kata dalam bibir manis berbisamu
Mungkin aku akan mati
Dalam kegelapan mentari
Aku menyendiri dan tak ingin kan
Ada yang melarangku untuk terjun bebas ke alam surya

Ledakan  Hati
Meledaklah ranjau yang telah lama di tanam
Melenyapkan berbagai kesabaran para prajurit
Melangkah bak meneliti
Bertanya bak mengklarifiksasi
Para prajurit terledakan
Geram
Mengangkat senjata kosong
Mengakhiri ledakan dengan kematian
Meski tak mengerti
Hanya berharap akan merdeka
Diam – Merdeka
26/11/12
Kotak putih kaki 4
 
Burung berdosa
Terbang….
Karena dia diciptakan
Berkicau senyuman karena burung tak mampu berbicara
Bertengger bahagia karena begitu semestinya
Bila tak berkicau kau akan heran
Dia ingin dimadikan, diberi makan, namun tidak di sangkarkan
Namun suatu kala dia hilang
Putri raja menangis
Hitam yang akan terasa bila cinta
Penuh amarah dan kebingungan

Keberhasilan
Menahan tetesan air yang mungkin susah
Menyimpan yang dulu aku benci
Melawan yang dulu kutakuti
Tidak lagi, setelah kau,
Itu kini menjadi teman
Ketika kau pergi dan ku di tengah padang pasir
Yang selalu ada ketika tiada
Dia baik meski semu tapi pasti
Merangkul segala lara dan batin yang tersiksa
Namun tak berani bicara takut jadi duka
Kesendirian intinya dia…
Tolong…


Tetap sendiri
12 hingga 12 aku menangis
Kau lagi tak mengerti
Aku mati
Emosi
Mungkin bunuh diri
Biar aku sendiri
Memang dasarny
Aku diciptakan tanpa kebahagiaan
Biar saja aku punya harta
Tapi tak bahagia
Biar saja aku menangis
Dan perlahan pergi
Dan terima kasih atas kopi ini…

Sepi
Sepi itu mutlak yang harus kurasakan
Hanya waktu yang akan tiba
Seakan kebahagiaan telah terjadwal
Terencana....
Namun akan tersakiti
Aku tak pernah bahagia
Tuhan itu sayang padaku
Hingga ribuan cobaan ditembakan
Hanya umatNya yang tabah
Yang bisa bertahan
Do’a
Hal yang selalu bertahan dalam kehidupanku adalah kepedihan tanpamu
Akan tetapi itu yang ada
Aku hanya ingin Tuhan memberikan ku
Kebahagiaan yang tak terlupakan
Hingga ku mati....
Menunggu 20002045/Abadi

 
Ada kala dimana aku bahagia
Ada kala dimana aku termenung
Mengangkat kedua tangan ke atas langit
Berbincang dengan Tuhan
Tuhan....
Tabahkan aku ketika sendiri
Aku – aku
Dia – dia
Hanya senyum dengan cekikan bila ku memaksa
Kini aku pasrah
Tuhan...
Hidupku hanya sebentar, aku tak ingin
Melihatnya menangis
dalam hatiku/Abadi


Hati
Pasrah adalah aku
Aku adalah bodoh
Mengapa??
Air ini mengalir bila di biarkan
Dada ini merah bira di diamkan
Hanya lapuk
Menunggu dan pergi
Ku elus, ku raba dengan sayang
Hanya beberapa dari Jam yang mampu berhimpitan
Dan itu akan ditinggal karena hal
Tanpa tanda peringatan
Aku inilah



Penjara kepala
Dalam kemerjal kehidupan yang ada, aku menanti
Matahari berkilau sepajang hari
Dan aku meraih angan ku
Melihat dan meraba
Bak orang buta
Kini ada suara penyekat
Menghantam ombak yang kini merayap
Mencoba menghindar dari istana pasir
Menjaga setiap desaran pantai yang indah
Dan kini menghadap Tuhan
Melaporkan segala keadaan


Hope The Worst Ever
I just passed the moon
Looking for the one who makes me smile
I just passed the heaven
Looking for the one who makes me laugh
I just passed the earth
Looking for the one who makes me bend every single angel in my lips
God where should I go??
Should I go to pass through the Sun?
For looking the one who I meant???
Thanks God, this is the best day I have without that things
I feel unused
And I see make me jealous 


And I see the Sun

I am seeing the blue sky when I open my eyes
Hoping the God gives me the best blessing
To see the Moon of my way
The best I have
And Make every list of them
Every single plan I wrote
And It is the sand 
Sand blow by the wind
Just trying to make the own way
Cannot
They have said
Just smiling then
Seeing the happiness in the far away
Look like A awkward People 
Sitting in the side of Them
Just listening but not speaking
Hoping that flower say yes
Say what we want
The nectar...
When ever for ever..


And After the Following Months

Kau kembali dalam kehidupan yang tak searah jam
Mengambalikan dan membuka jahitan luka ini
Cakrawala kehidupanku kembali dengan hitam
Menutupi matahari yan akhirnya menghilang
Dalam gelap siang ini aku merintih
Melihat torehan segala yang ada
menutup semua yang memilukan
Aku selalu mencoba untuk menutupi semuanya
Dan akhirnya aku harus mengcapkan ini
Dalm titik hujan yang tinggi terdapat sebuah harapan
Namun apa daya aku hanya anjing yang terbuang kini 



1 komentar: