Kebahagian Ada di Tangan Tuhan
Dalam kegelapan
malam aku masih dapat melihat rembulan di atas air
Dalam kegelapan
malam aku masih dapat merasakan hangatnya mentari
Namun itu terjadi
seakan hanya mimpi
Tak ada lagi
rembulan, tak ada lagi mentari meskipun jarum jam menunjukan suatu persamaan
Andaikan ku
melihat suatu bintang indah di malam ini, aku hanya akan mengatakan terima
kasih
Karena aku telah
menemukan suatu cahaya penerang
Akan tetapi
apakah memang itu yang terbaik??
Hanya “Semoga”
yang dapat terucap dari hatiku.
Mungkin ketika
suatu malam akan merenggut kebahagiaanku aku akan berkata kepada Tuhan
Ijinkan aku untuk
menghirup indahnya kebahagiaan itu
Karena aku telah
menemukannya dan tak ingin kehilangannya
Mungkin ketika
suatu malam akan merengggut kebahagiaanku aku akan berkata kepadaTuhan
Aku hanya ingin
berbahagia, hidupku hanya sementara
Satu tetes air
mata yang terjatuh dalam kerak bumi
Merupakan hal
yang terburuk dan menyakitkan dalam benak hidupku
Tuhan semua
kebahagiaan ada dalam tangan-Mu
Aku hanya
inginkan sisa – sisa kebahagiaan yang tersisa dalam genggam-Mu
Agar aku memiliki
suatu cerita yang akan ku bagikan kepada orang – orang bila nanti ku di alam
sana
Pasrah,
Air untuk Sang Mawar
Ku ratapi sebuah
sinar mentari matahari
Kudapati bayangan
mawar dalam kejauhan
Hinggap dalam
pemikiran bahwa kan ada di tanganku
Untuk sang ibunda
yang tengah menunggu
Kulihat seekor
lebah dalam nektar
Menghisap dan
tertawa di atas kelopak indah sang mawar
Goresan luka yang
mendalam dalam sebuah jiwa
Tak mengerti kata
apa yang akan melontar dari jiwa
Dan memiliki
hampa untuk sang ibunda
Hanya terpikir
dalam – dalam bahwa hal itu akan membuatnya layu
Aku tak mau,
Dia banyangan
mawar untuk mawar
Bukan untuk lebah
yang tak diundang
Dan aku kan
mencari sumber air jernih dari dalam dada
Dan kubuktikan
bayangan mawar untuk sang ibunda
Berharap kan nyata,
Ledakan sebuah Hari
Gelegar suara
kenari
Berharap membuka
sebuah peta malaikat Izroil
Hampa,
Ketka bola lampu
yang merekah
Menggelapkan
banyakn kata dalam benak
Huruf A menjadi
mati
Sang kenari
kembali
Dengan membawa
darah di antara penerbangnya
Diam,
Tangisan dalam senja
Berharap kau
selalu di samping tangan kananku
Menatap
kemerkahan matahari ketika ia pergi
Hitam
Tanda bahwa tak
di sampingku
Seolah tak mengenalmu
Tersipu dalam
hitamnya keadaan
Putih
Memberikan awal
hangatnya disampingku
Mengayunkan kaki
bersamaan
Melangkah dengan
bibir yang tertarik
Kuning
Ikatan dalam
tangan perlahan hilang
Hanya dengan
senyuman
Tangan hanya
menggenggam udara
Sabar
Hanya menunggu
Jam kebahagiaan
dari Tuhan
Yang akan datang
ketika ada
Sendiri,
Seonggok dalam meja
Termenung melihat senyuman
Tangan
menggenggam
Dengan kepalsuan
dan kegundahan
Dengan senyuman
tiada asli
Kuserukan bujukan
bahagia
Detik dengan deru
Meneteskan air
mata
Guncangan hati
ketika melihat senyuman
Hanya YA yang
bergetar
Ketika hati
menutup luka
Hanya menunjukan
cinta yang ku bisa
Ketika ombak –
ombak datang
Menakutkan sebuah
benak yang terserang luka
Gundah,
Patut merunduk
Di depan pintu ini
Sudut – sudut
mulutku mulai tertarik ke atas
Mulai berlagak
layaknya badut
Mulai berbincang
layaknya komentar
Mulai bercerita
layaknya sejarawan
Tapi, mulai ku
mengerti melalui logikaku
Kebijakan,
kebijakan
Itu semua bualan
Apa yang
Original?
Hanyalah sendah
dan tabah
Penguat lara
dalam ukhuah
Hanyalah celah
dan akhirnya kalah
Yahya Wahyu Kurniawan, Gelisah, Bgor 12
Sarang Walet
Lelet
Kelet
Melet
Aku di pelet
Semua dalam
santet
Akalku mulai
seperti karet
Dipenggal, di
seret
Aku hanya sarang
walet
Yahya Wahyu Kurniawan, Entah mengapa, Bogor 12
Harapan Kosong
Sudikah aku bertanya namamu
Sedangkan dirimu
bagaikan ratu
Bingkai –
bingkaimu megah
Corak perak karak
serak
Tinggalah detak
detik detuk
Menghangatkan
debur kesendirian
Siapakah dia hei
aku?
Kenaifanku
seperti menggebu
Hanya menunggu
untuk bersuara
Tapilah kini
sirna
Menatap kaca, bogor 12
Menyerah
Aku mulai menghitung kasih
Dalam sastra –
sastra aura positif
Dalam sekali
tatapanku ini
Sampai gelap dan
pengap
Hati yang luka
kau hiburkan
Hati yang remuk
kau perbaiki
Hati yang dendam
kau redamkan
Engkau, engkau,
engkau, dan engkau lagi
Aku nista dalam
gundah
Aku malu karena
tak mampu
Hanya bersandar
di lorong – lorong kedap ingatan
Bogor 12
Panjang merah
Panjang merah
Hidup untuk
bersanding lara
Berbakti pada
tatpannya
Digiring - giring pedih dan bencinya
Panjang merah
Kesenduuhannya
mulai memakiku
Makin ku terbenam
Dalam keranda
bulir asmara
Panjang merah
Merana aku dalam
jerujinya
Hanya bisa
mengintip
Dari segi – segi
kebersamaan
Panjang merah
Rinduku
mencekikku
Dalam khayalan
tabu
Rambut panjang, baju merah, bogor 12
Bayangan komplotan
Kedap – kedap kami mengendap
Senyap – senyap
kami tak lenyap
Tua – tua kami
bersua
Semua dalam altar
memori
Lirak – lirik
kami tertarik
Pindang pandang
kami terpandang
Bolang – bilang
kami dibilang
Keserasian
struktural dan fundamental
Kamilah dengki
Kamilah benci
Kamilah iri
Tapi memanglah
kami
Mau diurai – urai
Inilah kasturi
Penyedap malam
Juni
Saat malam dan aku rindu
Tak Berjudul
Yang terdalam
Telik – telik
pena
Mulai merangkai
estetika
Sayangku....
Bersudi, berbudi,
bersemedi
Rintik – rintik
harmoni tabir wengi
Seakan bercerita
akan masa harapan
Untuk setiap
huruf yang di rancang
Aku bertaruh, aku
bertarung
Dalam logika,
dalam intuisi
Entah
Debur gemerlap kerancuan
Seakan mengiringi
angin utara
Selaput – selaput
dilema mulai merangkul
Hmm....
Perasaan semakin
tajam
Melangkah dan
melangkah
Salah !
Kalah !
Marah !
Terserah !
Pipinya memerah
Entah....!!
Cekikan
Termenung menitih waktu
Detik – demi
detik dalam nadi
Ikhtiar
Berlayar
Memutar
Bubar
Emosiku menjadi –
jadi
Naqliku bukan
lagi pedoman
Terlenyap dalam
kenistaan
Ulang – mengulang
sekarang
Inikah cekikan
rindu...
Tengah hari, bogor 12
Tak menyangka
Tetesan air mata
yang menghilangkan kekeringan
Merupakan hal
yang setiap putaran waktu ku lakukan
Membuka mata
dengan kehampaan di depan papan persegi
Berjalan dengan
mata yang pejam
Berjalan dengan
kaki betonku
Jarak yang kurang
dari 1 meter yang di ciptakan oleh 2 insan
Perlahan tapi
pasti menyakitkan
Kepergian suatu
bulan
Membuat bumi
tetap basah akan air mata
Kepiluan yang
berpindah tuan
Dan kebahagiaan
yang menghilang pergi
Ku dapati sebuah
air suci memberikan peluang
Untuk aku memilikinya
Karena aku telah
lama membasahi bumi dengan air mata
Bahagia, awal dari fajar, bogor 12
Menggenggam dan melihat
Hitam,
Dalam kesendirian
kehitaman
Melihat lingkaran
yang bersinar
Aku menyesal
Melontarkan
tembakan indah dari bibir untukmu
Aku hanya
berpikir kebahagiaan
Dengan kelaparan
aku mengucap
Dengan kesedihan
aku menahan
Berharap,
Hanya kata dan
tiang dalam hati
Meluruskan sebuah
kegundahan
Ketika melihat
suatu kemunduran
Kini aku
berperang
Menahan apa yang
telah aku ucapkan
Di kotak papan
yang beratapkan piring
Menjadi satu
bukan miliku
Tapi,
Milikmu adalah
kebutuhanku
Takut kehilangan, Abadi MR.
Sebatang Kara
Duduk si atas
kursi tua
Menatapi batangan
pijar di depan mata
Menunggu tamu
undangan yang tak kunjung datang
Pintu jaman
dahulu yang di depan punggung
Kutatapi hanya
begitu
Dan apa ?
Hanya bayangan
berwarna yang selalu muncul
Tak lain
Maaf
Mungkin cara
menggundang yang salah
Atau mungkin, kau
tak menerima undanganku
Atau ada hubungan
baru ?
Atau kau bosan dengan
sapaan dalam undanganku ?
Hanya melihat
tangan kiriku yang terikat putaran waktu
Jarum yang
berputar hingga toko mulai sepi
Tanpa ada kursi
indah yang terisi di sampingku
Kebahagiaan nan membosakan, bogor 19.15
Maaf
Mungkin itu over
dosis
Tapi itu
dibutuhkan
Dan tak bisa
hidup tanpa itu
Mungkin yang
terakhir
Tapi tidak aku
berharap
Aku hanya ingin
dimengerti
Bukan slalu untuk
mengerti
Bila aku mati
akankah tuntas segalanya
Mungkin tidak,
Tidak salah lagi
Jalan satu –
satunya adalah itu
Tapi kau tak
mengerti
Aku hanya ingin
kau
Bukan orang yang
dulu
Kini aku bulan
dan kau bintang seharusnya
Bukan antara
langit dan bumi lagi
Semoga, bogor 21 39
Tabah
Duduk bersila
tanpa ada siapa – siapa
Diatas bersegi
coklat memilukan yang tengah berjejer tiga
Mungkin memang
ini takdir Tuhan
Untuk
mengadaptasi sebuah insan yang berharga
Dengan melihat
tangan kanan dan kiri yang menggenggam angin
Itu merupakan
kegiatan masa suram
Melihatku
mengemis dia atas hak ku sendiri
Hak bak tetesan
air hujan dari langit yang cerah
MRA, meredam hati, 15.08
1892012
Kicauan Kenari
Satu waktu,
Puluhan Kenari
berkicauan
Mengkicaukan
suara yang berbeda
Entah menutup
telinga atau hati ?
Mungkin kehidupan
tanpa warna
Melihat angka
yang hanya satu hingga dua belas
Dengan air yang
menetes sedikit – sedikit
Tapi sakit
Tebas kepala ini
!!
Kau tak mengerti
!!
Andaikan ada kata
paham yang benar – benar paham
Bukan hanya uap
dari mulut
Hidup hanya
sekali
Aku hanya ingin
senyum ketika hujan batu yang menghantam kepala
Bunuh aku !!
Itu yang aku
ingin
Aku hanya jenuh
dengan kicauan – kicauan kenari
Yang membunuhku
perlahan – lahan tapi pasti
Hidup ini bukan
mimpi.....
Jenuh, 21.28, abadi
Senyum??
Senyum ??
Memang iya??
Aku tak percaya
Senyumu itu palsu
Bukan sebuah
senyuman didasarkan hati
Tapi karena
senyumu itu senyum munafik yang ada
Pohon pun akan
tumbuh kebawah bila kau terseyum padaku
Tapi untuk di
sampingku
Dasar bodoh !!!
Orang itu tak
akan luluh
Aku iya bila dia
iya
Tak perlu kau
menekuk lututmu untuk itu
Aku bukan
Tuhanmu...
Tapi aku mohon,
Pergilah!!
Biarkan kami
berjalan
Jangan kau ikat
kaki kami
Aku tahu kalau
itu memang pilu
Tapi aku lebih
dulu masuk garis finis
Dan aku mohon kau
hilanglah
Tanpa ada kepalan
yang membirukan kepala
Memukul tembok baja dalam hati/abadi/malam hari
Bosan
Ajal !!
Aku telah berada di depan loket
Aku telah berada di depan loket
membawa tiket bertuliskan nisan
Tuhan ampuni aku
Gemercik air mata yang membanjiri daratan
Hinggap kegelapan tanpa kebahagiaan
Cabut !!!
Matikan !!
Kesendirian !!!
Tiada Teman !!
Angka yang berkoma
Mati adalah tujuan hidup Ku
Hajar !!!!
Tancapkan belati panas
Dalam pisau yang tajam
Dan tanamkan pada dada sebuah Jiwa
Angka yang berkoma
Mati adalah tujuan hidup Ku
Hajar !!!!
Tancapkan belati panas
Dalam pisau yang tajam
Dan tanamkan pada dada sebuah Jiwa
Amarah/abadi/dalam pagi hari
Heran
Mengapa ??
Loh, kau menghembuskan udara yang bergetar dari mulut
Loh, kau menghembuskan udara yang bergetar dari mulut
Bahkan menarik bibirmu untukku
Apa ini ??
Apakah sebuah tipuan ??
Gelegar petir yang menyambar
Memanaskan air dalam hati
Hidup itu aneh
Tapi rumput yang kuning tak mungkin menjadi hijau kembali
Duduk berdua dengan tipuan senyum / Abadi
Panggilan
Perlu udara panas yang keluar dari bibir
Untuk membuatmu yakin dan tahu
Atau tinta hitam yang bukan tinta
Tapi berbiaya !!!
Atau kelak tetesan air mata,
Atau bahkan banjir darah
Agar kau tahu kau kubutuhkan
Hanya saja kau tak pernah tau
Atau bahkan tak ingin tahu ???
Apa lah itu Bullshit bila tak ada bukti !!!!
Selama 5 huruf itu tetap ada di hati
Aku selalu bertahan berdiri di atas paku - paku tajam ini
Aku selalu bertahan berdiri di atas paku - paku tajam ini
1-2 duduk di gurun pasir sahara/Abadi
Ketika Senyum
yang Terdiam
Kuratapi kaca
hitam berdasarkan wanita
Melihat sinar
yang berkilauan
Sinar itu yang
selalu berada dalam
Kegelapan...
Kebahagiaan....
Ceria...
Suka...
Tanpa cita...
Hanya itu yang
kurasakan ketika bersama
Ketika bersama
dalam kegelapan
Ketika bersama
cahaya
Penat
Percuma ku
mengemis
Tiada guna ku
menangis
Kau tak pernah
tahu
Semuanya
Kau hanya
layaknya hitam
Penat dalam hari
Gelap dalam
mentari
Apa lagi gelap ??
Kanan kiri tidak
ada
Kosong
Cahaya kilat !!!!
Memberi
penerangan
Kenapa tak
menyambarku ??
Tancapkan saja
Bunuh saja
Aku hanya anjing
jalanan
Bukan apa – apa
di dunia
Hanya kamu
4 mata yang aku
bawa
2 mata yang
menyusahkan
Pergi berlari
tanpa surat
Katakan yang ada
!!!
Hanya 2 mata yang
ku punya kini
Tempatku
memberikan segala cinta
Tak pernah
berfikir aku
Hanya kamu...
Pahamkah??
Mengertikah???
Tapi dalam
segalanya
Hanya kamu...
Merah sepi
menangis sendiri
Pahit
Sepahit kopi tak
bergula
Pedas
Sepedas cabe yang
kau kunyah
Perih
Seperih luka yang
selalu kau cipta
Bahagia
Sebahagia dengan
apa yang aku rasakan
Senyuman
Ketika bersamamu
Sepi
Itu biasa aku
rasakan seumur hidupku
Karena orang yang
paling mengerti tak pernah mau mengerti
Bagaikan merpati
yang menghindari sarangnya
Tuhan, ijinkan
aku hidup sekali lagi
Agar dapat
merasakan apa yang kau berikan
Menghajar musuh
dalam hati
Memadamkan api
dalam lautan
Dan melihat jam
pasir yang berlalu
Dalam menunggu
seonggok kebahagian dari sebuah tangan,...
Mengemis dalam tong sampah,
Api
Memang panas
Cinta
Meninggalkan
kebahagian berdarah
Itu dapat
dihitung dengan hari
Seyumanmu pudar
Setiamu melayang
Hanya ada kata
dalam bibir manis berbisamu
Mungkin aku akan
mati
Dalam kegelapan
mentari
Aku menyendiri
dan tak ingin kan
Ada yang melarangku
untuk terjun bebas ke alam surya
Ledakan Hati
Meledaklah ranjau yang telah lama di tanam
Melenyapkan berbagai kesabaran para prajurit
Melangkah bak meneliti
Bertanya bak mengklarifiksasi
Para prajurit terledakan
Geram
Mengangkat senjata kosong
Mengakhiri ledakan dengan kematian
Meski tak mengerti
Hanya berharap akan merdeka
Diam – Merdeka
26/11/12
Kotak putih kaki 4
Burung berdosa
Terbang….
Karena dia diciptakan
Berkicau senyuman karena burung tak mampu berbicara
Bertengger bahagia karena begitu semestinya
Bila tak berkicau kau akan heran
Dia ingin dimadikan, diberi makan, namun tidak di sangkarkan
Namun suatu kala dia hilang
Putri raja menangis
Hitam yang akan terasa bila cinta
Penuh amarah dan
kebingungan
Keberhasilan
Menahan tetesan air yang mungkin susah
Menyimpan yang dulu aku benci
Melawan yang dulu kutakuti
Tidak lagi, setelah kau,
Itu kini menjadi teman
Ketika kau pergi dan ku di tengah
padang pasir
Yang selalu ada ketika tiada
Dia baik meski semu tapi pasti
Merangkul segala lara dan batin
yang tersiksa
Namun tak berani bicara takut
jadi duka
Kesendirian intinya dia…
Tolong…
Tetap sendiri
12 hingga 12 aku menangis
Kau lagi tak mengerti
Aku mati
Emosi
Mungkin bunuh diri
Biar aku sendiri
Memang dasarny
Aku diciptakan tanpa kebahagiaan
Biar saja aku punya harta
Tapi tak bahagia
Biar saja aku menangis
Dan perlahan pergi
Dan terima kasih atas kopi ini…
Sepi
Sepi itu mutlak
yang harus kurasakan
Hanya waktu yang
akan tiba
Seakan
kebahagiaan telah terjadwal
Terencana....
Namun akan
tersakiti
Aku tak pernah
bahagia
Tuhan itu sayang
padaku
Hingga ribuan
cobaan ditembakan
Hanya umatNya
yang tabah
Yang bisa
bertahan
Do’a
Hal yang selalu
bertahan dalam kehidupanku adalah kepedihan tanpamu
Akan tetapi itu
yang ada
Aku hanya ingin
Tuhan memberikan ku
Kebahagiaan yang
tak terlupakan
Hingga ku
mati....
Ada kala dimana aku bahagia
Ada kala dimana aku termenung
Mengangkat kedua tangan ke atas langit
Berbincang dengan Tuhan
Tuhan....
Tabahkan aku ketika sendiri
Aku – aku
Dia – dia
Hanya senyum dengan cekikan bila ku memaksa
Kini aku pasrah
Tuhan...
Hidupku hanya sebentar, aku tak ingin
Melihatnya menangis
dalam hatiku/Abadi
Hati
Pasrah adalah aku
Aku adalah bodoh
Mengapa??
Air ini mengalir bila di biarkan
Dada ini merah bira di diamkan
Hanya lapuk
Menunggu dan pergi
Ku elus, ku raba dengan sayang
Hanya beberapa dari Jam yang mampu berhimpitan
Dan itu akan ditinggal karena hal
Tanpa tanda peringatan
Aku inilah
Penjara kepala
Dalam kemerjal kehidupan yang ada, aku menanti
Matahari berkilau sepajang hari
Dan aku meraih angan ku
Melihat dan meraba
Bak orang buta
Kini ada suara penyekat
Menghantam ombak yang kini merayap
Mencoba menghindar dari istana pasir
Menjaga setiap desaran pantai yang indah
Dan kini menghadap Tuhan
Melaporkan segala keadaan
And I see the Sun
I am seeing the blue sky when I open my eyes
Hoping the God gives me the best blessing
To see the Moon of my way
The best I have
And Make every list of them
Every single plan I wrote
And It is the sand
Sand blow by the wind
Just trying to make the own way
Cannot
They have said
Just smiling then
Seeing the happiness in the far away
Look like A awkward People
Sitting in the side of Them
Just listening but not speaking
Hoping that flower say yes
Say what we want
The nectar...
When ever for ever..
And After the Following Months
Kau kembali dalam kehidupan yang tak searah jam
Mengambalikan dan membuka jahitan luka ini
Cakrawala kehidupanku kembali dengan hitam
Menutupi matahari yan akhirnya menghilang
Dalam gelap siang ini aku merintih
Melihat torehan segala yang ada
menutup semua yang memilukan
Aku selalu mencoba untuk menutupi semuanya
Dan akhirnya aku harus mengcapkan ini
Dalm titik hujan yang tinggi terdapat sebuah harapan
Namun apa daya aku hanya anjing yang terbuang kini
Hope The Worst Ever
I just passed the moon
Looking for the one who makes me smile
I just passed the heaven
Looking for the one who makes me laugh
I just passed the earth
Looking for the one who makes me bend
every single angel in my lips
God where should I go??
Should
I go to pass through the Sun?
For looking the one who I meant???
For looking the one who I meant???
Thanks
God, this is the best day I have without that things
I
feel unused
And
I see make me jealous
I am seeing the blue sky when I open my eyes
Hoping the God gives me the best blessing
To see the Moon of my way
The best I have
And Make every list of them
Every single plan I wrote
And It is the sand
Sand blow by the wind
Just trying to make the own way
Cannot
They have said
Just smiling then
Seeing the happiness in the far away
Look like A awkward People
Sitting in the side of Them
Just listening but not speaking
Hoping that flower say yes
Say what we want
The nectar...
When ever for ever..
And After the Following Months
Kau kembali dalam kehidupan yang tak searah jam
Mengambalikan dan membuka jahitan luka ini
Cakrawala kehidupanku kembali dengan hitam
Menutupi matahari yan akhirnya menghilang
Dalam gelap siang ini aku merintih
Melihat torehan segala yang ada
menutup semua yang memilukan
Aku selalu mencoba untuk menutupi semuanya
Dan akhirnya aku harus mengcapkan ini
Dalm titik hujan yang tinggi terdapat sebuah harapan
Namun apa daya aku hanya anjing yang terbuang kini
Niceee
BalasHapus